TES ANA adalah tes yang akrab di telinga para penyandang autoimun. “Dok, hasil tes ANA saya positif. Artinya, saya positif terkena autoimun, dong?” Pertanyaan semacam itu sering sekali terdengar di ruang praktik saya. Pasien malah mendahului saya di dalam menegakkan diagnosis. Wah, dokternya kalah cepat nih.

Yuk, kita mulai dari awal sekali. Apakah tes ANA sebaiknya dilakukan atas inisiatif pasien? Jawabannya: tidak. Tes ANA beda ya dengan tes kolesterol atau tes uji kadar gula di dalam darah. Lakukan tes ini hanya atas rekomendasi dokter yang menangani Anda. Terlebih adalah rekomendasi dari dokter penyakit dalam konsultan rheumatologi. Kok gitu, Dok?

Karena, pemeriksaan dengan tes ANA ini bukan untuk medical check up rutin. Pemeriksaan ini diminta oleh dokter jika ada kecurigaan Anda menyandang autoimun. Bagimana kecurigaan dari dokter itu timbul? Hal ini dapat dijelaskan dengan terlebih dahulu kita memahami sistem imun kita.

APA ITU SISTEM IMUN?


Di paragraf ini, kita akan membahas tentang sistem imun terlebih dahulu. Tubuh kita memiliki sistem imun yang berfungsi baik. Sistem imum membuat protein yang disebut antibodi. Antibodi kita dibuat oleh sel B. Tugas antibodi adalah mengenali dan melawan infeksi yang masuk ke tubuh kita. Mereka pasukan pengamanan bodi kita. Jika antibodi mengenali protein asing dari kuman, antibodi akan mengerahkan sel-sel dan protein tubuh kita untuk melawan kuman itu. Proses ini yang disebut INFLAMASI.

Sayangnya, kadang-kadang antibodi membuat kesalahan. Salah menerjemahkan kode. Antibodi mengenali protein tubuh kita sebagai benda asing dan berbahaya. Hal ini yang disebut sebagai autoantibodi. Salah kode menyebabkan terjadinya inflamasi dan malahan menyerang tubuh kita yang sehat. Antibodi yang menyerang protein normal pada inti sel disebut antinuclear antibodies (ANA).

BAGAIMANA TES ANA DILAKUKAN?


Dokter Anda mencurigai adanya tanda-tanda autoimun. Maka, Anda mendapat rekomendasi untuk menjalani tes ANA. Tes itu dilakukan dengan langkah seperti ini.
•Pemeriksaan ANA dilakukan dengan mengambil sampel darah Anda.
•Terdapat beberapa metode pemeriksaan ANA, misalnya Fluorescent Antinuclear Antibody.
•Hasil tes ANA dilaporkan dalam bentuk titer (angka) dan patterns (pola).
•Interpretasi tes ANA cukup rumit dan membutuhkan keahlian khusus.

Jadi, jelas ya. Interpretasi tes ANA butuh keahlian khusus. Itu pun, seorang dokter penyakit dalam konsultan rheumatologi tidak buru-buru untuk memvonis Anda. Ya dan tidaknya Anda menyandang autoimun sangat tergantung oleh berbagai faktor dan indikator. Termasuk, fakta-fakta penting berikut ini.

Fakta #1: sebanyak 95% penyandang lupus memiliki ANA positif
Fakta #2: namun, hanya 11%-13% ANA positif adalah lupus
Fakta #3: ANA negatif membantu menyingkirkan diagnosis lupus
Fakta #4: >15% ANA positif bisa ditemukan pada orang NORMAL
Fakta #5: Banyak ANA positif terjadi pada orang di atas 65 tahun
Fakta #6: ANA bisa positif pada penggunaan obat tertentu dan pada penyakit kanker
Fakta #7: ANA bisa meningkat sesaat sesudah infeksi virus, dan menjadi negatif kembali

Maka, jika Anda dinyatakan memiliki hasil tes ANA positif, bisa ini aja kemungkinannya:
•SLE
•Lupus yang dipicu oleh obat
•Mixed comnective tissue disease
•Hepatitis Autoimun
•Skleroderma
•Juvenile idiopathic Arthritis
•Sjogren syndrome
•Artritis Rheumatoid
•Penyakit tiroid autoimun (Graves disease dan Hashimoto)
•Multiple sclerosis
•Limfoma
•Infeksi kronis, misalnya TBC
•Bisa juga anda orang normal

Nyata ya, hasil tes ANA positif tidak serta merta Anda menyandang autoimun. Konsultan rheumatologi akan melihat fakta-fakta misalnya ANA positif tanpa gejala klinis yang sesuai berarti Anda tidak sakit. Bila ada gejala klinis yang sesuai akan dievaluasi oleh konsultan rheumatologi. Dan, jika didapatkan kecurigaan ke arah suatu penyakit autoimun akan dilakukan pemeriksaan lanjutan ANA profile. ANA profile adalah pemeriksaan untuk mengetahui adanya autoantibodi IgG terhadap antigen misalnya nRNP, SS-A, SS-B, scl-70, PM-Scl, Jo-1, dsDNA, histone, ribosomal P-protein. Pemeriksaan lanjutan dibutuhkan jika ada kecurigaan klinis yang sesuai.

BERAPA KALI PERLU TES ANA?


Ini perlu saya luruskan juga. Apabila diagnosis sudah tegak, tes ANA dan ANA profile tidak perlu diperiksa berulang-ulang. Mengapa, sebab tes ANA tidak menunjukkan berat ringannya penyakit dan tidak digunakan untuk menentukan keberhasilan pengobatan, ya. Konsultan rheumatologi akan mempertimbangkan perlunya tes ANA kembali, jika diagnosis penyakit autoimun belum ditegakkan. Atau, terdapat hasil negatif dan dalam pemantauan terdapat gejala yang mencurigakan ke arah salah satu penyakit autoimun.

APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN JIKA HASIL TES ANA POSITIF?


Sebagai penutup, saya mengajak Anda untuk tidak panik saat dokter menyampaikan hasil tes Anda positif. Terus terhubung dengan dokter penyakit dalam konsultan rheumatologi Anda untuk kepastian diagnosis. Dokter Anda ini akan melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik lengkap untuk menilai apakah ada gejala penyakit autoimun. Diagnosis memang memerlukan waktu panjang, bertahap, dan Anda wajib bersabar. Jika tidak terdapat gejala yang sesuai, bersyukurlah sebab akan disimpulkan Anda tidak menyandang autoimun. Dokter bisa meminta Anda untuk memeriksakan diri secara berkala untuk pemantauan.

baca juga :
BIJAK MEMBACA INFORMASI KESEHATAN DI INTERNET
PENYEBAB PENYAKIT AUTOIMUN

Semoga penjelasan ini cukup detail dan mudah untuk Anda pahami ya. Tetap menjaga kesehatan terutama di masa pandemic Covid-19. Patuhi protokol kesehatan. Anda sehat bangsa menjadi kuat. Untuk edukasi melalui instagram bisa melalui akun @sandrasinthya atau @autoimunrematikinfo
Salam dari saya,
dr. Sandra Sinthya Langow SpPD-KR
Internist-Rheumatologist
Siloam Hospital Lippo Village