Obat golongan kortikosteroid (misalnya metilprednisolon, prednisone, hidrokortison) sangat luas penggunaanya di bidang medis. Tanggapan masyarakat awam pada obat ini beraneka ragam. Ada yang sangat takut , dengan tegas menolak obat ini walau dianjurkan oleh dokter. Disisi lain ada kelompok orang yang menggunakan kelompok obat ini terus menerus tanpa indikasi yang jelas. Tentunya kelompok yang kedua mengobati dirinya sendiri dengan membeli obat bebas di toko obat atau obat tradisional kemasan yang tidak terstandarisasi. Sebagian jamu yang tidak terdaftar ini mengandung kortikosteroid. Sehingga pasien langsung sembuh dan lupa konsultasi dengan dokter. Tidak jarang kemudian sesudah beberapa bulan konsumsi obat ini, muka menjadi bulat (moon face) dan timbul efek samping lain dari kortikosteroid.
Jadi bolehkah saya menggunakan kortikosteroid ?
Kortikosteroid adalah obat yang sangat bermanfaat digunakan pada beberapa penyakit autoimun. Pada sebagian penyakit rematik, kortikosteroid digunakan dalam dosis kecil dan waktu singkat. Akan tetapi pada penyakit rematik autoimun yang mengancam nyawa seperti lupus otak, lupus ginjal berat, atau vaskulitis berat, kita membutuhkan dosis steroid yang cukup tinggi untuk menyelamatkan nyawa. Jadi pada prinsipnya kortikosteroid bisa digunakan asalkan memenuhi 2 prinsip penting :
- Indikasi yang benar
Tidak semua penyakit rematik autoimun membutuhkan kortikosteroid. Demikian juga tidak semua nyeri sendi membutuhkan steroid. Oleh karena jangan menggunakan kortikosteroid tanpa petunjuk dokter. Sebagian besar efek samping steroid terjadi karena penggunaan sendiri tanpa indikasi yang jelas. Dan sering kali dibeli bebas di toko obat , atau dikonsumsi dalam bentuk obat tradisional yang tidak terdaftar/belum ada uji klinis.
2. Pengawasan penggunaan kortikosteroid yang benar
- Pengawasan dosis obat
Kortikosteroid harus digunakan dengan dosis yang tepat dan waktu penggunaan yang benar. Dosis steroid dan berapa lama akan digunakan bergantung pada diagnosis penyakit. Setiap penyakit rematik autoimun memiliki dosis yang berbeda, tergantung jenis penyakitnya dan berat ringan penyakit. Pada Rheumatoid Arthritis dosis bisa berbeda dengan pada lupus. Demikian juga pada lupus berat dosis bisa berbeda dengan pada lupus yang ringan.
- Pengawasan efek samping obat
Penggunaan kortikosteroid harus dibawa pengawasan dokter ahli. Dosis perlu dipantau dan diturunkan secara bertahap sesuai dengan perbaikan kondisi klinis. Adanya efek samping harus dipantau. Oleh karena itu jangan menggunnakan kortikosteroid tanpa pengawasan dokter ahli.
Apa saja jenis-jenis kortikosteroid ?
Kortikosteroid, contohnya metilprednisolon, prednisone, hidrokortison, adalah obat yang banyak digunakan tidak hanya untuk penyakit rematik autoimun ( lupus,vaskulitis, RA dll) tapi juga untuk kondisi lain seperti asma, penyakit Addison, kelainan kulit dll. Obat ini bekerja hampir mirip dengan hormon alamiah yang ada ditubuh kita yang diproduksi oleh kelenjar anak ginjal (kelenjar adrenal).
Kortikosteroid tersedia dalam bentuk apa saja?
- Sediaan Salep kulit atau kream kulit, biasa digunakan untuk radang pada kulit atau alergi pada kulit
- Obat semprot untuk saluran nafas misalnya dalam bentuk inhaler untuk asma atau obat semprot hidung untuk kasus rhinitis.
- Tablet biasa dapat digunakan dalam berbagai kondisi rematik autoimun , seperti lupus , RA , vaskulitis dll
- Obat suntik pada sendi (sediaan intraartikular), dapat digunakan pada suntikan sendi maupun untuk radang pada jaringan lunak.
- Obat suntik langsung pada aliran darah ( sediaan intravena). Biasa digunakan pada kondisi akut atau derajat penyakit sedang sampai berat.
Apakah efek samping steroid hanya terjadi pada penggunaan minum atau suntik intravena? Betulkah obat inhaler atau obat gosok kulit tanpa efek samping?
Tidak, semua jenis kortikosteroid dapat menimbulkan efek samping jika digunakan tidak bijaksana ( waktu lama tanpa pengawasan dokter).
- Sediaan salep atau kream kulit dapat menimbulkan penipisan kulit, kadang timbul memar-memar, bercak kemerahan pada kulit, jerawat yang banyak.
- Sediaan inhalasi dapat menimbulkan jamur pada rongga mulut dan suara menjadi berubah.
Bagaimana efek samping kortikosteroid secara umum?
- Peningkatan risiko infeksi. Penggunaan kortikosteroid meningkatkan risiko terjadinya infeksi virus, bakteri dan jamur
- Keropos Tulang, kelemahan otot. Penggunaan steroid meningkatkan risiko osteoporosis, tulang menjadi rapuh , akibatnya mudah terjadi patah tulang pada trauma minimal
- Osteonekrosis tulang, kerusakan tulang oleh karena penggunaan steroid. Paling sering terjadi pada tulang panggul. Oleh karena itu komunikasikan dengan dokter yang merawat jika merasakan nyeri pinggang dan panggul yang berkepanjangan
- Peningkatan tekanan dan darah, dan kadar gula darah. Jangan lupa periksa gula darah, tekanan darah secara teratur pada penggunaan steroid
- Peningkatan berat badan dan penampakan Cushingoid, seperti gemuk, timbul benjolan di belakang leher, kulit tipis, memar, bercak-bercak putih/striae, jerawat, timbul rambut pada bagian tubuh yang pada wanita biasanya tidak ditumbuhin rambut ( hirsutrisme)
- Penekanan produksi alamiah hormon pada kelenjar anak ginjal
- Pada mata dapat menimbulkan katarak, peningkatan tekanan bola mata
- Pada kulit dapat menimbulkan penipisan kulit, timbul bintik-bintik seperti jerawat, luka kulit susah sembuh, hiperpigmentasi
- Komplikasi saluran cerna, seperti radang lambung, tukak lambung atau usus dua belas jari dan pendarahan dari saluran pencernaan. Penggunaan kortikosteroid tunggal sebernarnya hanya meningkatkan sedikit risiko untuk terjadinya gangguan saluran cerna. Namun penggunaan kortikosteroid dikombinasikan obat penghilang sakit (NSAID) akan meningkatkan risiko 4 kali lebih besar untuk terjadinya gangguan ini. Oleh karena itu berhati-hati untuk tidak minum obat penghilang sakit secara berlebihan pada saat menggunakan kortikosteroid.
Bagaimana tips menggunakan kortikosteroid secara aman?
- Indikasi yang tepat, berdasarkan petunjuk dokter, tidak membeli secara bebas dan menggunakan sendiri
- Dosis yang tepat dibawa pengawasan dokter. Pengaturan dosis yang benar, diupayakan dosis sekecil mungkin dan diturunkan secara bertahap
- Memahami efek samping dan melakukan upaya deteksi dini dan pencegahan efek samping. Misalnya upaya mencegah keropos tulang akibat steroid. Cukup konsumsi kalsium dan vitamin D serta menggunakan obat osteoporosis jika ada indikasi. Pemantauan berat badan, tekanan darah, kadar gula darah, kesehatan mata
- Sebelum prosedur medis misalnya operasi ataupun perawatan rumah sakit oleh karena sebab apapun jangan lupa menyampaikan pada dokter bahwa anda menggunakan steroid jangka panjang. Pada kondisi khusus stress metabolik sering dibutuhkan penyesuaian dosis steroid.
Bagaimana penanganan osteoporosis (keropos tulanng) yang dipicu oleh penggunaan kortikosteroid?
Tahun 2017 American College of Rheumatology mengeluarkan suatu panduan penanganan osteoporosis pada orang dengan penyakit Rematik Autoimun yang menggunakan steroid. Intinya adalah setiap orang yang menggunakan steroid jangka lama harus waspada adanya risiko keropos tulang. Rheumatologist akan menilai secara individu apakah ornag tersebut cukup hanya minum suplemen kalsium dan vitamin D atau membutuhkan obat osteoporosis khusus seperti bifosfonat. Diskusikan kemungkinan pemeriksaan BMD (Bone Mineral Density) untuk deteksi dini osteoporosis. Lakukan terapi osteoporosis untuk mencegah patah tulang akibat osteoporosis.
Gunakan Steroid dengan bijak dibawah pengawasan dokter,
dr. Sandra Sinthya Langow, SpPD-KR
Internist Rheumatologist
Siloam Hospital Lippo Village
Tangerang Banten
Komentar Terbaru