Dalam suatu bincang-bincang dengan komunitas skleroderma timbul pertanyaan: apakah lupus itu sama dengan sklroderma? Apa gejalanya sama? Pengobatannya apa sama?

Lupus dan skleroderma adalah 2 penyakit yang berbeda, namun kedua penyakit ini memliki beberapa persamaan. Keduanya merupakan penyakit rematik autoimun, suatu kondisi dimana kekebalan tubuh yang berfungsi mengatasi infeksi, mengalami gangguan fungsi dan menyerang organ tubuh yang normal. Persamaan yang lain dari kedua penyakit ini adalah: penyebab pasti keduanya belum diketahui pasti oleh para ahli. Banyak teori yang mencoba mencari dasar timbulnya gangguan ini, teori ini seperti teori genetik, respon akibat paska infeksi virus, bakteri dan bahan kimia dan berbagai teori lainnya. Akan tetapi belum ada satupun teori yang berhasil membuktikannya. Kedua penyakit ini juga dapat menyerang semua organ tubuh tidak hanya kulit dan sendi, tetapi juga otak, paru, dan ginjal. Wanita lebih sering terkena penyakit ini dibanding laki-laki. Persamaan yang lain,  pada tes laboratorium biasanya tes ANA akan positif . Akan tetapi ada beberapa anti bodi spesifik yang akan berbeda pada masing-masing penyakit.

Meskipun sama-sama merupakan penyakit autoimun terdapat perbedaan terjadinya kedua penyakit ini. Skleroderma merupakan penyakit rematik autoimun yang terjadi karena produksi berlebihan kolagen dan kerusakan pembuluh darah. Produksi kolagen yang berlebihan akan menyebabkan pengerasan kulit dan organ-organ tubuh yang terkena . Akibatnya dapat terjadi gangguan fungsi organ-organ tersebut. Lupus merupakan penyakit rematik autoimun , dasar terjadinya adalah vaskulitis, doposisi komplex imun pada organ dan gangguan vaskuler lainnya.

www.DokterRematikAutoimun.com - Kulit yang Mengeras pada Skleroderma

Kulit yang Mengeras pada Skleroderma

Gejala kedua penyakit ini sering tumpang tindih satu dengan yang lain. Nyeri sendi bisa terjadi pada kedua penyakit rematik autoimun ini. Kulit bisa terganggu pada kedua penyakit ini. Perbedaanya pada lupus bisa terjadi malar rash (kemerahan pada wajah berbentuk kupu-kupu), kelainan kulit lain yang berwarna kemerahan maupun kehitaman. Pada skeleroderma khas terjadi pengerasan kulit, dan kadang timbul bercak-bercak putih diatasnya (salt and pepper pigmentation). Fenomena Raynaud bisa terjadi pada kedua penyakit ini tapi lebih sering pada skleroderma (90%). Fenomena Raynaud sering terjadi pada waktu dingin, melalui 3 fase : fase putih (vasokonstriksi), biru (sianosis), dan kemerahan pada saat aliran darah kembali. Kelainan ginjal lebih sering terjadi pada lupus, sedangkan gangguan gerakan saluran cerna lebih sering muncul pada skleroderma.

Pada pemeriksaan laboratorium pada lupus dapat ditemukan kadar komplemen c3 dan c4 yang rendah, Anti dsDNA yang tinggi, anti SM, anti Ro (SSA) dan anti La (SSB) yang positif. Sedangkan pada skleroderma pemeriksaan ANA profile yang positif adalah antisentromer, anti-SCL-70 dan anti RNA polymerase III. Apabila yang positif U1-RNP (ribonukleoprotein), berarti orang tersebut terkena Mixed connective-tissue disease (MCTD). Penyakit ini merupakan kombinasi antara lupus, skleroderma dan myositis.

www.DokterRematikAutoimun.com - Kemerahan Diwajah yang Khas pada Penderita Lupus

Kemerahan Diwajah yang Khas pada Penderita Lupus

Diagnosis kedua penyakit tersebut kadang-kadang tidak mudah dan sering terlambat setelah bertahun-tahun. Internist Konsultan Reumatologi melakukan proses diagnosis dengan menghubungkan gejala pasien dan hasil laboratorium. Diagnosis yang tepat mutlak dibutuhkan karena pengobatan kedua penyakit ini berbeda.  Sebagai contoh steroid (metilprednisolon, prednisone) yang merupakan obat utama lupus sering tidak bermanfaat pada pasien skleroderma. Hidroksiklorokuin lebih sering digunakan pada lupus. Sedangkan mikofenolat mofetil, siklofosfamid dan azatioprin dapat digunakan pada lupus dan skleroderma dengan manifestasi ginjal, paru. Pada lupus pasien dianjurkan menghindari paparan sinar matahari, sebaliknya pada skleroderma sebaiknya menghindari udara dingin untuk mencegah fenomena Raynaud.

Pada kedua penyakit ini ternyata tidak ada gangguan fertilitas. Akan tetapi tentunya kehamilan harus dipersiapkan dengan baik, dan dikomukasikan dengan Rheumatologist yang merawat. Beberapa obat seperti metotrexat, mikofenolat mofetil dan siklofosfamid tidak boleh digunakan selama kehamilan. Sebaiknya kehamilan direncanakan jika pasien sudah remisi minimal 3-6 bulan. Beberapa laporan ilmiah menunjukkan 80% pasien dengan skleroderma dapat menjalani kehamilan dengan baik.

Saat ini dengan kemajuan pengobatan di bidang Reumatologi, 80-90 % pasien lupus memiliki masa hidup yang hampir sama dengan populasi normal. Tentunya hal ini bisa dicapai dengan diagnosis dini dan terapi yang adekuat. Pada skleroderma yang kelainannya terbatas pada kulit memiliki prognosis yang baik. Prognosis ini sangat tergantung pada keterlibatan organ-organ vital seperti paru,ginjal,otak dan jantung.

 

Salam sehat,

dr. Sandra Sinthya Langow, SpPD-KR
Internist Rheumatologist
Siloam Hospital Lippo Village
Tangerang Banten